Pilot Sukhoi Terbang Demo di Berbagai Negara, Bisa Jadi Alami Jet Lag

Jakarta Pesawat Sukhoi Superjet 100 sebelum terbang demo di Indonesia sudah melakukan terbang demo di berbagai negara. Bisa jadi, pilot Sukhoi itu mengalami disorientasi ruang yang berhubungan dengan jet lag.

Demikian disampaikan dokter spesialis penyakit dalam yang juga dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH, MMB. Ari melakukan studi kepustakaan mengenai mengapa pesawat bisa jatuh. 

"Di Amerika sendiri angka kecelakaan pesawat terjadi sejumlah 33 kasus per 10 juta penerbangan dalam kurun 20 tahun terakhir," demikian dikatakan Ari dalam tulisannya 'Human Error Penyebab Kecelakaan Pesawat Udara' yang dilansir detikcom dari milis wartawan kesehatan, Senin (14/5/2012).

Berbagai penelitian yang dilakukan menyimpulkan bahwa rata-rata 70% kecelakaan pesawat terjadi karena human error. Adapun faktor human errorterjadi pada 38% perusahaaan penerbangan besar, 74% penerbangan komersial dan 85% penerbangan umum. 
Kesalahan utama pilot terjadi karena keputusan yang tidak tepat, kurang perhatian dan kesalahan dalam pengendalian pesawat. 

"Ketiga hal ini menjadi faktor utama kesalahan manusia tersebut. Salah satu keputusan yang tidak tepat yang sering dilakukan oleh seorang pilot adalah terbang terlalu rendah," jelas Ari.

Ari mengaku memiliki jam terbang tinggi untuk bepergian dengan pesawat. Dia menceritakan bila bepergian jauh, seperti dari Indonesia ke Amerika Serikat, dia mengalami apa yang disebut jet lag.

"Bahkan 2 minggu yang lalu saya baru pulang dari New Orleans yang menyebabkan saya harus berada dalam perjalanan naik turun pesawat sebanyak 5 kali dengan total perjalanan 30 jam. Setelah perjalanan panjang tersebut saya merasa masih tidak merasa nyaman 2 hari setelah melakukan perjalanan panjang atau saya mengalami jet lag. Wajar jet lag terjadi karena perbedaan waktu antara Jakarta dan New Orleans 12 jam," jelas Ari.

Kaitannya dengan pesawat Sukhoi Superjet 100 ini, Ari menjelaskan, para kru pesawat termasuk pilot telah melakukan perjalanan panjang dari beberapa kota di berbagai negara. Pesawat dan kru itu sudah melakukan terbang demi ke Kazakhstan, Pakistan dan Myanmar. 

"Saya coba menghubungi teman sejawat saya seorang doktor dan ahli Bedah Syaraf dan juga Flight Surgeon yang menyatakan kemungkinan human error sebagai penyebab kecelakaan Sukhoi ini. Pilot kemungkinan mengalami spatial disorientation atau disorientasi ruang dan ini bisa berhubungan dengan jet lag," jelas Ari.

Jet lag terjadi karena jam biologis manusia berubah setelah melakukan perjalanan panjang dengan menembus berbagai zona waktu yang berubah. Jet lag bisa terjadi dalam penerbangan minimal 6-8 jam nonstop. 

Jet lag akan mengganggu performa fisik dan psikis kita akibat perubahan jam biologis yang mendadak tersebut. Jet lag akan diperberat jika seorang kurang tidur dan kurang minum.

"Jet lag membuat kita merasa lemas, disorientasi, kurang konsentrasi dan tidak bersemangat," jelas Ari.

Untuk mencegah jet lag, Ari memberikan tips sederhana untuk menyiasatinya. Yaitu tidur yang cukup bagi pilot sebelum penerbangan, atau buat penumpang selama penerbangan. Kemudian, hindari minum alkohol dan soda, sebelum dan selama penerbangan.

"Pesawat Sukhoi datang ke Jakarta dalam rangka promosi, kita bisa memprediksi bahwa pilot dan crew akan berinteraksi dengan banyak orang karena pasti banyak orang akan bertanya akan kehebatan Sukhoi Superjet ini. Hal ini juga bisa menyebabkan pilot tersebut kurang istirahat atau mengalami kelelahan," jelas Ari.

Lantas berapa lama biasanya seseorang pulih dari jet lag pasca penerbangan dan siap untuk penerbangan berikutnya?

"Biasanya 1x24 jam, tergantung perjalanan kita berapa jam dan tergantung di sana lama atau tidak. Seperti saya dari New Orleans ke Jakarta, penerbangan 30 jam, nggak pernah ketemu malam, siang terus, baru pulih 2x24 jam. Menyesuaikan setting tidurnya lagi. Kita nggak tahu pilot Sukhoi itu ada berapa orang. Kan sudah terbang dari Rusia, Kazakhstan, Pakistan dan Myanmar, bisa saja mengalami jet lag walaupun pilot itu terbiasa terbang," kata Ari saat dihubungi detikcom hari ini.

Namun Ari menegaskan, untuk mengetahui penyebab kecelakaan Sukhoi Superjet 100 itu, tentu harus menunggu investigasi yang tengah berlangsung.

"Sekali lagi kita harus menunggu kesimpulan akhir kenapa pesawat ini jatuh," tandas Ari.

0 komentar :

Posting Komentar